Minggu, 15 Juli 2012

DESAIN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENJAS DAN OR








 





OLEH:
                          Andi Alamsyah No. Reg 11b04004




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012






KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kita panjatkan kehadapan Allah SWT, karena atas Rahmat dan Tupiknya jualah sehingga makala yang berjudul “PENGEMBANGAN KURIKULUM PENJAS”, dapat diselasaikan dengan baik. Disampaikan pula ucapan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Ahmad Rum Bismar,  M.Pd atas bimbingan dan arahannya yang diberikan selama mata kuliah ini berlangsung sehingga dapat menambah cakrawala saya berfikir dalam dunia pendidikan dan khususnya pada desain dan pengembangan kurikulum penjas. Semoga ilmu ini saya dapat amalkan dan gunakan untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa.
            Makalah ini disusun sebagai tugas  mata kuliah desain dan pengembangan kurikulum penjas dan olahraga  dalam pendidikan pada program S-2 Penjas dan Olahraga pada tahun 2012. Pada karya yang sudah tersusun, penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan didalam makalah ini, untuk itu penulis dengan tangan terbuka dan berharap saran yang konstruktif dari berbagai pihak khususnya kepada dosen pengampu matakuliah ini demi penyempurnaannya. Kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian tulisan ini saya ucapkan banyak terimaksih.


                                                                                                            Makassar, Mei 2012


                                                                                                                   Andi Alamsyah






KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI
Oleh Dedi Pratama
Editor Andi Alamsyah

Peningkatan keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pengetahuan, dan sikap positif terhadap Pendidikan Jasmani sangat ditentukan oleh sebuah kurikulum yang baik. Kurikulum itusendirinampaknya terlalu abstraks untuk didefinisikan secara tegas dan jelas sebab di dalam kurikulum tersebut termasuk segala sesuatu yang direncanakan dan diterapkan oleh paraguru, baik secara implisit maupun eksplisit. Namun secara sederhana mungkin dapat dikatakan bahwa kurikulum pada dasarnya merupakan perencanaan dan program jangka panjang tentang berbagai pengalaman belajar, model, tujuan, materi, metode, sumber, dan evaluasi termasuk pula ‘apa’ dan‘mengapa’ diajarkan.Seperti halnya sistem tubuh manusia, semua bagian dari kurikulum harus terpadu dan bekerjaterarah untuk membantu mengembangkan anak didiknya yang sedang belajar. Pembuat kurikulum sudah selayaknya bertanya, apakah program yang ada dalam kurikulum itusudahvalid? Apakah kurikulum tersebut sudah dapat meraih tujuan yang akan dicapainya?Contoh pertanyaan yang lebih spesifik: apakah dengan kurikulum itu siswa lulusannya sudahmempunyai berbagai keterampilan gerak dasar dan siap untuk belajar keterampilan yanglebih bersifat spesifik dan kompleks pada jenjang berikutnya?Pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah barang tentu sangat untuk sulit dijawab dengantegas,namun demikian pertanyaan tersebut paling tidak akan membantu para guru dalammenentukan arah program yang dibuatnya. Tulisan ini dimaksudkan untuk melihatgambaranarah program Pendidikan Jasmani pada jenjang pendidikan SD/MI dikaitkan dengan beberapakarakteristik yang melandasinya, yang antara lain meliputi: asumsi dasar, pelaksanaan,dankeberhasilannya sehingga dengan demikian diharapkan kita dapat melihat berbagai isudanalternatif pemecahannya.Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengemukakan yang dimaksuddengan
 Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilanmotorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dankecerdasanemosi 

Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.

Asumsi Dasar Program Pendidikan Jasmani
Asumsi dasar pada dasarnya adalah pijakan yang kokoh dan dapat dipertanggung jawabkan dalam menyelenggarakan sesuatu. Asumsi dasar program Penddikan Jasmani merupakan pijakan yang kokoh yang dapat dipertanggung jawabkan dalam membuat dan menyelenggarakan program penjas. Tiga asumsi dasar program Penddikan Jasmani meliputi:

a. Program Pendidikan Jasmani dan program olahraga mempunyai tujuan yang berbeda
Pembuatan program olahraga terutama ditujukan untuk mereka yang betul-betulmempunyaikeinginan atau tertarik untuk mengkhususkan diri pada salah satu atau beberapa cabang olahraga dan berkeinginan untuk memperbaiki kemampuannya agar dapat berkompetisi dengan orang yang lain yang mempunyai keinginan dan minat yang sama pula.Sebaliknya, pembuatan program Penddikan Jasmani ditujukan untuk setiap anak didik (darimulai anak yang berbakat sampai anak yang yang sangat kurang keterampilannya; darimulai anak yang tertarik dan tidak tertarik sama sekali). Tujuan utama pembuatan program tersebut adalah menyediakan dan memberikan berbagai pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh yang pada akhirnya diharapkan dapat mempengaruhi gaya hidupnyayang aktif dan sehat (active life style). Olahraga mungkin akan merupakan salah satu bagian dari program Penddikan Jasmani, akan tetapi bukan satu-satunya pilihan.

b. Anak-anak bukanlah ‘miniature’ orang dewasa
Kemampuan, kebutuhan, perhatian, dan minat anak-anak berbeda dari kemampuan,kebutuhan, minat, dan perhatian orang dewasa. Oleh karena itu, sudah barang tentu kurang cocok apabila pembelajaran dikonotasikan seperti menuangkan air dari gelas yang satu kegelas yang lainnya. Para guru tidak cukup dengan memberikan program aktivitas jasmani atau olahraga untuk orang dewasa kepada anak-anak.

Demikian juga pengalaman latihan yang diperoleh para guru sewaktu kuliah belum tentu cocok diberikan kepada anak didiknya. Anak-anak membutuhkan program yang secara khusus dibuatsesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhannya (Developmentally AppropriatePractice/DAP).

c. Anak-anak yang kita ajar sekarang tidak untuk dewasa sekarang
Para pendidik mempunyai tantangan yang cukup besar dalam mempersiapkan anak didik dimasa yang akan datang, yang belum bisa didefinisikan dan dimengerti secara jelas. Atau palingtidak, dalam berbagai aspek, dunia nanti mungkin akan sangat berbeda dengan dunia yang ada sekarang. Program Penddikan Jasmani yang ada sekarang berusaha memperkenalkan anak didik pada dunia yang ada sekarang dan juga sekaligus mempersiapkan anak didik untuk hidup dalam dunia yang belum pasti di masa yang akan datang. Dengan kata lain program tersebut berusaha membantu siswa belajar bagaimana belajar (learning how to learn) dan membantu siswa menyenangi proses discovery dan eksplorasi tantangan-tantangan baru dan berbeda dalam domain fisik. Aktivitas fisik dan olahraga di masa yang akan datang mungkin sangat berbeda dengan aktivitas fisik dan olahraga yang ada dan popular pada masa sekarang. Oleh karena itu program yang ada sekarang selayaknya mempersiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan gerak dasar yang sangat diperlukan untuk setiap aktivitas fisik, baik yang sedang popular pada masa sekarang maupun aktivitas fisik yang mungkin akan ditemukan di masa yang akan datang. Penguasaan berbagai keterampilan gerak dasar oleh para siswa akan mendorong perkembangan dan perbaikan berbagai keterampilan fisik yang lebih kompeks, yang pada akhirnya akan membantu siswa memperoleh kepuasan dan kesenangan dalam melakukanaktivitas fisiknya.










Karakteristik Program Pendidikan Jasmani
Sehubungan dengan anggapan dasar tersebut di atas, maka program dan penyelenggaraan program Pendidikan Jasmani hendaknya mencerminkan anggapan dasar tersebut di atas.Dua pedoman yang seing digunakan untuk dapat mencerminkan anggapan dasar tersebutantara lain adalah “Developmentally Appropriate Practices” (DAP) dan
“InstructionallyAppropriatePractices” (IAP).

a. Developmentally Appropriate Practices (DAP)
Maksudnya adalah tugas ajar yang memperhatikan perubahan kemampuan anak dantugasajar yang dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar.Tugasajar yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaankarakteristik setiap individu serta mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik.

b. Instructionally appropriate practices (IAP)
Maksudnya adalah tugas ajar yang diberikan diketahui merupakan cara-cara pembelajaranyang paling baik. Cara pembelajaran tersebut merupakan hasil penelitian atau pengalamanyang memadai yang memungkinkan semua anak didik memperoleh kesempatan dankeberhasilan belajar secara optimal. Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkaptentangkarakteristik pembelajaran penjas tersebut, berikut ini dipaparkan komponen-komponenkurikulum yang harus dilihat kesesuaiannya.


Keberhasilan Program Pendidikan Jasmani
Untuk mengetahui apakah program pendekatan Pendidikan Jasmani yang kita gunakantersebut cukup berhasil atau masih perlu disempurnakan, maka diperlukan suatu evaluasi.Untuk keperluan itu banyak kriteria yang dapat digunakan. Untuk itu, khususnya diAmerika, NASPE (National Association for Sport and Physical Education, 1992) telah menentukan“Physically Educated Person” sebagai salah satu kriterianya. Kriteria ini menjabarkankeberhasilan program Pendidikan Jasmani ke dalam 20 karakteristik yangdiklasifikasikan kedalam lima katagori dan merupakan penjabaran dari pencapaian tujuan jangka pendek ( short term)dan jangka panjang (long term) dari program Pendidikan Jasmani di sekolah-sekolah. Untuk lebih jelasnya karakteristik seseorang yang terdidik jasmaninya tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memiliki keterampilan-keterampilan yang penting untuk melakukan bermacam-macamkegiatan fisik antara lain:
(1) Bergerak dengan menggunakan konsep-konsep kesadaran tubuh, kesadaran ruang,usaha,dan hubungannya.
 (2) Menunjukkan kemampuan dalam aneka ragam keterampilan manipulatif, lokomotor,dannon lokomotor.
(3) Menunjukkan kemampuan mengkombinasikan keterampilan manipulatif, locomotor dannon-locomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain.
(4) Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktivitas jasmani.
(5) Menunjukkan penguasaanpada beberapa bentuk aktivitas jasmani.
(6) Memiliki kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan baru. 

b. Bugar secara fisik 
(1) Menilai, meningkatkan, dan mempertahankan kebugaran jasmaninya.
(2) Merancang program kesegaran jasmani sesuai dengan prinsip latihan tetapi tidak membahayakan.

c. Berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani
(1) Berpartisipasi dalam program pembinaan kesehatan melalui aktivitas jasmani minimal3 x per minggu.
(2) Memilih dan secara teratur berpatisipasi dalam aktivitas jasmani pada kehidupansehari-hariya.

d. Mengetahui akibat dan manfaat dari keterlibatan dalam aktivitas jasmani
 (1) Mengidentifikasi manfaat, pengorbanan, dan kewajiban yang berkaitan denganteraturnya partisipasi dalam aktivitas jasmani.
(2) Menyadari akan faktor resiko dan keselamatan yang berkaitan dengan teraturnya partispasidalam aktivitas jasmnai.
(3) Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan gerak.
(4) Memahami bahwa hakekat sehat tidak sekedar fisik yang bugar.
(5) Mengetahui aturan, strategi, dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jasmani yang dipilih.
(6) Mengetahui bahwa partisipasi dalam aktivitas jasmani dapat memperoleh dan meningkatkan pemahaman terhadap budaya majemuk dan budaya internasional.
(7) Memahami bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan diri pribadi, dan berkomunikasi.

e. Menghargai aktivitas jasmani dan kontribusinya terhadap gaya hidup yang sehat

(1) Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalamaktivitas jasmani.
(2) Hormat terhadap peraturan yang terdapat dalam aktivitas jasmani sebagai cara untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang hayat.Menikmati perasaan bahagia yang diperoleh dari partisipasi teratur dalam aktivitas jasmani.
Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004, serta yang terbaru adalah kurikulum 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.



Menurut Indarto (2008) perjalanan sejarah perkembangan kurikulum di negara kita meliputi tahapan sebagai berikut.
1)      Kurun waktu 1945 sampai 1968
a)      Kurikulum Pertama
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran. Lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rencana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
1. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
2. Garis-garis besar pengajaran. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah : pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
b) Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995). Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Panca wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
2) Kurun waktu tahun 1968 sampai tahun 1999
a) Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok saja”. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

b) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Drs Mudjito; Ak; Msi (Dir. Pemb. TK dan SD Depdiknas). yang melatar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.



c) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.
d) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 merukan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.




3) Kurun waktu 1999 sampai sekarang
a) Kurikulum 2004
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”.
b) Kurikulum 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu jiwanya desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.